MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain
sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain
sehingga tercipta sebuah kehidupan yang damail.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi makhluk sosial menurut para
ahli:
# Dr. JOHANNES GARANG
Makhluk sosial adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.
# NANA SUPRIATNA
Makhluk sosial adalah makhluk yang memiliki kecenderungan menyukai dan
membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai kebutuhan dasar yang disebut kebutuhan
sosial (social needs)
# WALUYO
Makhluk sosial adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya,
saling membutuhkan satu sama lain.
# ARISTOTELES
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan
untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain
# MOMON SUDARMA
Makhluk sosial merupakan makhluk yang dalam kesehariannya sangat
membutuhkan peran makhluk yang lainnya.
# MUHAMMAD ZUHRI
Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak akan sanggup hidup sedniri, selalu
bergantung pada orang lain dan apa yang dibutuhkannya dalam hidup juga
dibutuhkan pula oleh orang lain
# DELIARNOV
Makhluk sosial adalah makhluk yang mustahil dapat hidup sendiri serta
membutuhkan sesamanya dalam melakukan aktivitas sehari0hari
# LITURGIS
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain
serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.
Sebagai manusia, kita semua adalah makhluk sosial.
Kita tidak akan sanggup hidup sendirian. Kita membutuhkan kehadiran orang lain
dalam menjalani hidup ini. Ciri-ciri utama manusia sebagai makhluk sosial
adalah hidup berbudaya, dalam arti hidup menggunakan akal budi dalam suatu
sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut
dapat meliputi filsafat, dalam arti pandangan hidup, politik, ilmu, teknologi,
komunikasi, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Sekalipun manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial dapat dibedakan dalam arti hak dan
kewajibannya, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan
manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu
dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Masing-masing individu diakui secara penuh harkat dan martabatnya dalam
mencapai kebahagiaan bersama.
Keselarasan adalah keadaan yang menggambarkan suasana yang tertib, teratur, aman, damai, sehingga akan timbul ketenteraman lahir dan batin. Keselarasan tersebut akan terwujud apabila masing-masing unsur tahu akan fungsi, tugas, hak, dan kewajibannya dengan melaksanakan tugas sesuai dengan darmanya. Sedangkan keserasian adalah keadaan yang menggambarkan terpadunya unsur-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Keseimbangan adalah keadaan yang menggambarkan bahwa masing-masing unsur yang terlibat dalam hidup bersama dan dalam hubungan bersama diperlakukan sepatutnya. Masing-masing mendapatkan perlakuan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, tugas, hak, dan kewajiban. Dengan terjadinya keseimbangan tersebut, maka akan tercipta keadilan.
Sejarah Istilah Sosiologi :
Keselarasan adalah keadaan yang menggambarkan suasana yang tertib, teratur, aman, damai, sehingga akan timbul ketenteraman lahir dan batin. Keselarasan tersebut akan terwujud apabila masing-masing unsur tahu akan fungsi, tugas, hak, dan kewajibannya dengan melaksanakan tugas sesuai dengan darmanya. Sedangkan keserasian adalah keadaan yang menggambarkan terpadunya unsur-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Keseimbangan adalah keadaan yang menggambarkan bahwa masing-masing unsur yang terlibat dalam hidup bersama dan dalam hubungan bersama diperlakukan sepatutnya. Masing-masing mendapatkan perlakuan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, tugas, hak, dan kewajiban. Dengan terjadinya keseimbangan tersebut, maka akan tercipta keadilan.
Sejarah Istilah Sosiologi :
- 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
- Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
- 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
- Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
- Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
- Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.
MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK YANG BERBUDAYA
1.1 Pengertian Manusia
Di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia disebut sebagai makhluk Tuhan yang
paling sempurna karena manusia mempunyai akal budi yang diberikan oleh Tuhan
agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, juga mampu
untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi pemimpin di muka
bumi ini. Manusia berasal dari bahasa sansekerta kata “manu” dan bahasa Latin
“mens” yang berarti berakal budi atau berpikir. Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia dapat diartikan dari berbagai
segi, jika dalam segi biologis manusia diartikan sebagai Homo Sapiens yang
berarti manusia yang tahu, spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak kemampuan tinggi. Dalam segi kerohanian ini menggunakan konsep
jiwa yang dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup. Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Penggolongan manusia yang paling utama berdasarkan dari jenis kelamin.
Jenis kelamin tersebut adalah Laki-laki atau perempuan. Sebutan untuk anak muda
laki-laki adalah putra, jika sebutan untuk manusia dewasa laki-laki adalah
pria. Sebaliknya, sebutan untuk anak muda perempuan adalah putra dan sebutan
untuk manusia dewasa perempuan adalah wanita.
Manusia yang sering kita kenal juga sebagai mahluk sosial yaitu dimana
manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup berdampingan antara individu
satu dengan individu yang lain dan juga merupakan mahluk yang berbudaya karena
manusia memiliki ragam macam budaya itu sendiri. Budaya tercipta atau terwujud
merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
dunia ini. Selain memiliki ragam macam budaya manusia sebagai mahluk berbudaya
di kenal juga karena sifatnya yang mencerminkan mahluk yang berbudaya. Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia sebagai mahluk yang berbudaya dikenal sebagai manusia yang cinta
akan budaya dan tidak lepas dari budaya itu sendiri dari kehidupan sehari-hari.
Dia akan terus melestarikan budaya itu sebagai bagian dari kehidupannya karena
dengan budaya kita dapat mempererat tali persaudaraan di antara manusia dan
saling mengenal satu sama lain serta saling menjaga kelestarian budaya itu sendiri.
1.2 Pengertian Budaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta,
karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata
kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak
dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa
Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kebudayaan Berasal
Dari Kata Sansekerta “BUDDHAYAH “ yang merupakan bentuk jamak dari kata
“BUDDHI” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal Culture,
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal
dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah
atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture”
diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah
alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut R. Linton “kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan
hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh
anggota masyarakat tertentu”. Menurut Prof Dr. Koentjaraningrat: “Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar”. Menurut E.B. Taylor berpendapat bahwa budaya adalah Suatu keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat
istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia
sebagai anggota masyarakat. Dari pendapat-pendapat diatas tampak jelas yang
menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui
proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.
Di atas telah dijelaskan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhikehidupannya
dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dan dapat
dirinci bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan
dihasilkan manusia. Karena itu kebudayaan meliputi material (bersifat
jasmaniah), yang meliputi benda benda ciptaan manusia.Lalu ada kebudayaan
non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba, misalnya religi (walau tidak semua religi ciptaan manusia).
Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya
mungkin diperoleh dengan cara belajar. Kebudayaan itu diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat.Tanpa masyarakat akan sulit bagi manusia untuk
membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik
secara individual maupun masyarakat, dapat mempertahankankehidupannya
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan
dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.
Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan kebudayaan itu bersifat abstrak.
Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari,
dan bahasa dan arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat
kita rasakan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Seperti menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas,
dan artefak.
1. Gagasan atau wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud
kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan
fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam wujud Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun
gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan
kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat,
dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,
dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi
bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan
sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan
untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.3 Contoh Manusia sebagai makhluk yang berbudaya
Di Indonesia sendiri banyak sekali contoh-contoh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya yang mulai luntur seperti budaya gotong royong. Dalam pengertian
manusia diatas kita telah membahas bahwa manusia adalah mahluk sosial yaitu
dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup berdampingan antara
individu satu dengan individu yang lain. Gotong royong di Indonesia sendiri
merupakan suatu istilah yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil atau tujuan yang sudah direncanakan. Sikap gotong royong adalah bekerja
bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati
hasil pekerjaan tersebut secara adil, atau suatu usaha atau pekerjaan yang
dilakukan tanpa pamrih dan secara suka rela oleh semua warga menurut batas
kemampuannya masing-masing. Pekerjaan jika dilakukan dengan cara gotong royong
akan lebih mudah dan ringan. Pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia
lainnya, dan bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan
orang lain atau lingkungan sosial. Sifat gotong royong dan kekeluargaan
didaerah pedesaan lebih menonjol dalam pola kehidupan mereka, seperti
memperbaiki dan membersihkan jalan, masyarakat desa adalah masyarakat yang
kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat
adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem
budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial
hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan
sifat-sifat yang hampir seragam. Satu fenomena yang ditampakkan oleh
masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika
bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar.
Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong. Masyarakat desa
benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai
“patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam
wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial. Ciri-ciri yang
telah diungkapkan di atas yang seharusnya menjadi identitas mereka, di sebagian
masyarakat pedesaan hal tersebut telah pudar bahkan sebagian lagi telah hilang
ditelan zaman. Contoh konkrit, gotong royong. Masyarakat pedesaan tempo dulu
menjadikan gotong royong sebagai sebuah kearifan lokal. Bahkan menjadi sebuah
gunjingan di kalangan masyarakat jika ada seseorang yang tidak mau ikut campur
dalam kegiatan tersebut. Tapi sekarang, hal ini telah dilupakan dan terkesan
individualis, yang notabene hidup individualis adalah ciri masyarakat perkotaan
dan perumahan.
Sedangkan diperkotaan gotong royong dapat dijumpai dalam kegiatan
kerja bakti di lingkungan rumah, disekolah dan bahkan dikantor-kantor,
misalnya pada saat memperingati hari-hari besar nasional dan keagamaan, mereka
bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama. Dari sini timbulah
rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, sehingga dapat terbina rasa kesatuan
dan persatuan nasional, di bandingkan dengan cara individualisme yang
mementingkan diri sendiri maka akan memeperlambat pembangunan di suatu daerah.
Kesadaran untuk memiliki rasa gotong royong haruslah diawali dari diri kita
masing-masing, memiliki rasa gotong royong yang tinggi akan membangun
solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan juga bisa menurunkan rasa
individualisme maupun kelompok. Dari kesadaran untuk memiliki rasa tanggung
jawab bersama akan menciptakan kerukunan antar masyarakat. Sehingga
ideologi-ideologi ekstrimisme atau radikal maupun sikap liar dari masyarakat
yang akhir-akhir ini bermunculan akan bisa ditanggulangi yang akan menciptakan
karakter bangsa sesuai falsafat pancasila.
Nilai-nilai budaya asing mulai deras masuk dan menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat
berangsur-angsur berubah dari agraris ke industri, industri berkembang maju dan
pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan
ekonomi, sehingga bersifat materialistik.
Pembahasan nilai-nilai budaya asing yang mulai banyak masuk dan menjadi
bagian di masyarakat Indonesia mempunyai dampak positif yaitu modernisasi yang
terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat
merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat
yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan
masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani. Untuk dampak
negatifnya budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika,
pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial
diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup,
kriminalitas, dan kenakalan remaja.
Berikut cara untuk antisipasi dampak budaya asing yaitu menyeleksi dan
menyaring nilai-nilai budaya asing :
1. Nilai-nilai budaya asing yang sesuai
dengan bangsa kita dapat diserap sehingga akan memperkaya nilai budaya
bangsa kita.
2. Mengantisipasi dampak negatifnya adalah
dengan memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional sebagai jati diri
bangsa dengan cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah
keluar negeri.
3. Menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan
kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas
kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan
pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar